DAFTAR ARTIKEL

Monday, 27 July 2009

PHILOSOPY IN NOVEL RARA MENDUT BY Y.B. MANGUNWIJAYA


PHILOSOPY IN NOVEL RARA MENDUT

BY Y.B. MANGUNWIJAYA

Modal utama suatu negri ada dalam otak & sikap watak orang2 nya.

Takut artinya masih cinta pada kehidupan, siaga membela kehidupan.

Bagaimana kesimpulan yg mencuat lazimnya dari rasa takut ?

Harus berani hidup dengan ketakutan sebagai kawan dalam perjalanan hidup.


Tidak semua padi menuntut tanah basah

Tidak semua angin menguntungkan lahar perahu

Hidup dewasa adalah seni memadu kekuatan angin

Yg melawan dengan pengaturan sudut bidang layar serta kemudi yg menyesuai

Dengan begitu perahu yg melawan angin tetap bisa maju.


Kekuasaan tidak menimbang mana adil dan tidak adil, kekuasaan seperti angin topan,

menghancurkan apa saja yg menghadang.


Pertarungan apa maknanya ?

Pergulatan apa artinya ?

Manusia tak mau kalah

Manusia mencari kejayaan.

Hidup hanyalah singgah untuk minum sebentar.


Keunggulan ilmu orang arif berjiwa luhur

Memiliki kepekaan & pertimbangan

Melihat mana yg patut & pantas

Hati yg tahu mengira-ngira serba bijak.


Hakikat semesta yg menumbuhkan benih

Semoga tonggak relalah

Apabila datang masa Putra-putri

Mengembara di angin matahari

Bila jauhlah terbang-layang si benih

Sampai biji jatuh di lahan asing

Sebab begitulah memang kehendak yg maha wibawa

Agar cadas miskin berbuah kemenangan.


Laut biru lazuardi yg tak pernah beku tetapi bergerak bergolak selalu dalam hidup yg menari

berpadu – gerak dengan angin2 pemenang cakrawala,

Lambang kejayaan terhadap lingkungan keterbatasan & semu kefanaan


Kapan gerangan negara sejahtera makmur

Negara yg memberi perdamaian kepada para warga negara

Seperti yg dikatakan oleh perumpaan gaib

Bila datang kejadian lahar gunung

Meluap sampai di pantai

Dan garuda di gunung bersahabat dengan merpati

Beserta semua harimau

Maka pastilah terkabul yg diinginkan itu

Dan termasyur di mana-mana.


Nalar para ksatria berkata dengan mata keris, nalar kaum petani ada dalam sabda tanaman padi, nalar nelayan adalah nalar air, nalar para pekerja adalah pengetahuan dan otak.

Keberhasilan yg memuncak sering merupakan tanda2 awal suatu kehancuran


Kaya uang dan intan berlian tetapi miskin terhadap harta puisi dan kekayaan batin yg membuat manusia

mengatasi waktu mengalahkan ruang seolah-olah sudah di perkenankan mencicipi keabadian.


Kemurnian !!! awan-awan seputih itu pun Murni, mengandung benih halilintar,

selalu Melukiskan warna2 kencana pada awan-awan penuh Guntur.


Kemerdekaan tidak pernah hanya hadiah belaka, kemerdekaan harimau,

garuda adalah buah perjuangan kesadaran harga diri.

Kemenangan atau kekalahan bukan pertanyaan pokok melainkan apakah ada kesanggupan untuk mempertaruhkan segala-gala demi suatu keyakinan.

Memilih sendiri perahu kehidupan, mengemudikan sendiri dengan arah yg di tentukan sendiri,

betapa merdeka, betapa lepas cakrawala2 nya, betapa kencang dan segar udara yg di hirup bebas.


Laut sungguh merupakan pengalaman perdana yg Indah

Luas leluasa laut itu, penjamin kemerdekaan yg hanya terbeli dengan tekad,

Penguat jiwa bagi mereka yg ingin menjauhi ketidaksenonohan adat daratan yg rapuh


Laut cita kecubung yg serba bergerak mengombak, laut kemerdekaan yg menganginkan

Janji harapan dari awan2 putih yg tak terikat bentuk beku, kancah tiada hingga,

penyelenggara nada2 dahsyat tetapi menyakinkan.

Thursday, 2 July 2009

BERDIALOG DENGAN ALLAH MELALUI BACAAN DALAM SHOLAT.

TIPS UNTUK MENCAPAI KEKHUSYUKAN DALAM BERIBADAH Part 2
BERDIALOG DENGAN ALLAH MELALUI BACAAN DALAM SHOLAT.

Do’a Iftitah
Bacalah dengan menggunakan hati dan pikiran yaitu resapi makna yg terkandung dengan mengetahui terjemahannya.

Allahu Akbar kabiro, walhamdulilaahi katsiiro, wa subhanallahi bukhrataw wa ’ashiila
Allah maha besar yang maha sempurna kebesarannya, segala puji bagi Allah sebanyak banyaknya, dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang hari

Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fathorosshamaawaati wal ardho haniifan muslimaw wama ana minal musyrikiin
Sesungguhnya aku hadapkan hati dan fikiranku kepada yang menjadikan langit dan bumi, dengan lurus (ber-sungguh-sungguh) dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukanNya

Innas sholaati, wanusuki, wamahyaya, wama maati lillahi rabbil ’alamiin. Laa syariikalahuu wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimin
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam, Tiada sekutu bagiNya, dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang berserah diri (muslim) .”

Do’a Iftitah yg lain
pahami dan resapi melalui hati ketika sedang melakukan sholat, insyallah doa kita di terima.

Allahumma baa’id baini wabaina khathaayaaya kama baa’adta bainal masyriqi wal maghribi.
Ya allah jauhkanlah kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur dan barat

Allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas
Ya allah bersihkanlah aku dari kesalahan dan dosa bagaikan bersihnya kain putih dari kotoran

Allahummagtsilni min khataayaaya bilmaa-i wats-tsalji walbaradi
Ya allah sucikanlah kesalahanku dengan air dan air salju yg sejuk

Bacaan Al-fatihah

Bismillahirrohmanirahiim
Dengan nama Allah yg maha pengasih lagi maha penyayang.

Alhamdulillahir robbil alamiin
Segala puji bagi Allah, tuhan seru sekalian alam
Allah menjawab : Hambaku telah memujiku

Arohmaanirrohiim
Yg pengasih dan penyayang
Allah Menjawab : Hambaku telah menyanjungku

Maalikiyau middin
Yg menguasai hari pembalasan
Allah Menjawab : Hambaku telah mengagungkanku

Iyya kana’budu wa iyyaka nasta’in
Dan kepadamulah aku minta pertolongan
Allah Menjawab : Ini separoh untukku dan separuh untuk hambaku

Ihdinas shiroothol mustaqiim
Tunjukilah kami jalan yg lurus
Allah Menjawab : Ini untuk hambaku akan aku kabulkan apa yg ia minta.

Shirothol ladziina an amta alaihim, ghoiril maghdu bi alaihim , waldhoolliin
Bagaikan jalannya orang2 yg telah angkau beri nikmat bukan jalan mereka yg engkau murkai atau jalan orang2 yg sesat.

Hendaknya membaca doa ini dengan hati meresapi maksud dan tujuan doa ini melalui terjemahannya dan berpikir bahwa Allah mendengar doa kita dan Allah menjawabnya.

Rukuk
Rasakan suasana relaks dan nyaman selama rukuk dengan bacaan pujian pada yg maha pencipta alam semesta
” subhanarabbiyal adzim wabihamdihi"
Maha suci Allah yang maha besar memujilah aku kepadanya

I’tidal
Samiallahu liman hamidah...........telah mendengar Allah akan orang yang memujiNya.
Robbana lakal hamdu, milussamawaati wamil ul ardhi, wamil umaasyi’ta, min syai’in ba’du .............
Wahai Tuhan kami segala puji bagiMu sepenuh langit dan bumi,dan sepenuh barang yang Engkau kehendaki sesudah itu

Resapi maknanya dengan sepenuh hati memuji yg maha pencipta, tiada satupun yg patut di puji kecuali Allah SWT.


Sujud
" Subhana rabbiyal a’la wabihamdihi ........... "
Mahasuci Allah yang maha tinggi memujilah aku kepadanya

Ucapkan doa dengan segenap hati, rasakan suasana relaks dan pasrah kepadaNya. Rasakan suasana yang betul betul relaks dan pasrah padaNya dengan berpikir bahwa kita sujud di hadapan Allah SWT.

Duduk Iftitah adalah doa yg ideal untuk kehidupan sehari-hari

Robighfirli
Ampuni aku
Ampuni semua kesalahan dan dosaku …..

warhamni,
Sayangi aku
Sayangilah hambamu yg hina ini……

wajburnii
Tutupi aib-aibku
Mohon tutupi keburukan dan kejelekanku …..

warfa’nii
Angkat derajatku
Mohon di naikkan derajat hamba……

warzuqnii,
Beri aku rizki
Mohon berilah hamba rezeki yg melimpah ….

wahdinii
Beri aku petunjuk
Mohon tunjukilah aku jalan yg benar …..

wa’afinii,
Sehatkan aku
Mohon sehatkanlah hamba baik lahir & bathin….

wa’fu’annii
Maafkan aku
Beri maaf lah hamba wahai yg maha pemaaf…….

Ucapkan do’a dengan sungguh sunguh, ikuti dengan ikhlas dan penuh perasaan, jangan tergesa gesa. Nikmati kata demi kata dalam do’a ini, rasakan getaran dari setiap kalimat do’a yang diucapkan. Ini adalah do’a untuk kehidupan yang ideal. Jika Allah mengabulkan do”a ini anda tidak akan menderita, gelisah, tertekan, bingung, dan hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Anda akan mendapat ampunan, rahmat dan berkah, ditutupi keburukannya, diangkat derajatnya, mendapat bimbingan dalam menghadapi berbagai masalah, diberi badan yang sehat, dan ma’af dari Allah

Duduk Tahiyyat

Nabi berkata :
Attahiyatul mubaarokatus shalawatut thoyyibatulillaah
Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah

Allah Menjawab :
Assalamualaika ayyuhanabiyyu warahmatullahi wabarakatuhu,
salam rahmat dan berkahNya kupanjatkan padamu wahai nabi Muhammad

Nabi Berkata :
Assalamualaina wa alaa ibadillahisshoolihiin
Salam keselamatan semoga tetap bagi kami seluruh hamba hambaNya yang saleh.

Malaikat Menjawab :
Asyhaduallaa ilaaha illallahu wa assyhadu anna muhammadarrasuulullah
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah , dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah

Di karenakan dialog Rasul dan Allah SWT dengan di saksikan Malaikat yg begitu Indah dan Rasul selalu mendoakan umat2nya maka kewajiban kita untuk membalas doa Rasul tersebut dengan bacaan sbb :

Allahhumma sholli ala muhammad wa ala aali muhammad
limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan juga kepada keluarga nabi Muhammad

kama sholaita ala ibrahiim wa ala aali ibraahim
Sebagaiman Engkau pernah memberi rahmat kepada keluarga nabi Ibrahim,

wa barik ala aali Muhammad wa aala ali Muhammad
Berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya

Kama barakta ala aali Ibrahiim wa ala aali Ibrahiim
sebagaimana Engkau telah nmemberi keberkahan kepada Nabi Ibrahiim dan keluarga nya

fil alamiina innaka hamiidun maajiid
Diseluruh alam semesta Engkaulah yang maha terpuji dan maha mulia

Jawaban Allah bukanlah berupa kata, suara atau tulisan, tetapi beban di dada dan kekalutan pikiran diangkat terlebih dahulu oleh ALLAH SWT, hati kita terasa lapang, beban masalah seolah-olah hilang begitu saja, dengan pikiran yg jernih, ilham akan lebih mudah di terima, hati yg lapang membuat wajah bersinar, selanjutnya secara bertahap dan pasti akan datang pertolongan Allah melalui tangan-tangan ALLAH sehingga semua permasalahan dapat di atasi.

Thursday, 18 June 2009

TIPS UNTUK MENCAPAI KEKHUSYUKAN DALAM BERIBADAH

TIPS UNTUK MENCAPAI KEKHUSYUKAN DALAM BERIBADAH

Apakah anda sudah merasa khusyu dalam beribadah? yakin kah anda doa dan tujuan beribadah sudah terlaksana? dengan bacaan yg terburu-buru dan cepat karena mengejar waktu kerja atau hanya melaksanakan kewajiban saja sebagai seorang muslim.
Yakinkah anda ibadah anda di terima sedangkan anda tidak mengerti apa sesungguhnya tujuannya?

Well, setelah saya mencoba beberapa tips berikut alhasil alhamdulillah ketika sedang beribadah dan selesai, keluar lah dengan perasaan lega dan iklas, insyaallah tujuan beribadah tercapai alhamdulillah.

Adapun tips2 nya sbb :

KHUSYU

Keyakinan sedang menghadap Allah yg salah satu pertimbangannya adalah menemui Tuhan dan kembali padanya hanya mungkin terjadi nanti di akherat, jika demikian lalu ketika sedang sholat kepada siapa kita mengahadap ?

Allah senantiasa berhadapan dengan hambanya yg sedang sholat dan jika hambanya mengucapkaan salam maka Allah meninggalkannya “

tips-nya :
“dalam sholat besikap seolah-olah kita sedang menemui Tuhan dan berserah diri kepadanya”

Insyaallah sholat kita lebih khusyu, amin

HINA DAN MENUNDUK

“Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, pandangannya tunduk, sambil menundukkan pandangan2, mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yg beterbangan”

Tips berikutnya adalah merasa hina dan tertunduk di dalam beribadah dengan penuh keyakinan bahwa kita manusia tidak ada apa2 dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT, amin

RENDAH DAN TENANG

“dan merendahlah semua suara kepada rabb yang maha pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja”

Tipnya dengan merendahkan suara dan dalam kondisi tenang fokus dan bersungguh-sungguh bahwa kita bukan siapa2 berharap kasih Allah yg maha luas.
MERENDAHKAN DAN MENUNDUKKAN DIRI

“kalau sekiranya kami turunkan al-quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah”

“dalam keadaan pandangan mereka tunduk kebawah lagi mereka di liputi kehinaan dan sesungguhnya mereka disuruh untuk bersujud”

Tips nya dengan merendah and menundukkan kepala dengan berfikir, kita hanyalah bagian terkecil dari alam semesta ini.

Kesimpulannya adalah :

Untuk mendapatkan rasa khusyu kita hanya perlu bersikap seolah-olah ketika sholat sedang berhadapan dengan Allah dan berserah diri kepadanya, Sikap yg patut kita lakukan ketika menghadap Allah tenang, menundukkan pandangan dan merendahkan diri serendah-rendahnya. Sikap yg sepatutnya di lakukan oleh seorang hamba yg hina di hadapan Tuhan semesta alam, Tuhan yg maha agung seperti sikap bumi yg kering kerontang di musim kemarau mengharapkan pertolongan dari Allah SWT dalam bentuk curahan hujan agara kembali subur makmur.

ketika kau berdiri untuk sholat, ucapkan takbir lalu bacalah surah dari al-quran kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri lurus lalu sujudlah hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang dan kerjakanlah hal yg sama dalam setiap sholatmu”

Rukuk dan Sujud sangat penting untuk meraih kekhusyu’an. Gerakan rukuk dan sujud akan membantu jiwa mencapai ketundukan dan kerendahan. Sikap tubuh yg membungkuk pada rukuk akan membantu jiwa untuk tunduk dan hormat kepada Allah. Demikian pula meletakkan kepala pada posisi yg paling rendah akan membantu kita untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT dengah demikian kesempurnaan sholat akan didapat dengan sempurnanya rasa khusyu, rasa tunduk, rendah and tenang di hadapan Allah SWT. Amin.

Gerakan rukuk dan sujud tidak akan sempurna jika hati tidak melakukan hal yg sama, hati yg tunduk akan mengantarkan seluruh bagian tubuh kita tunduk pula. Hati demikian berpengaruhnya bagi tubuh kita sehingga Nabi mengatakan bahwa jika hati baik maka seluruh tubuh kita akan ikut baik.

“ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”

Friday, 12 June 2009

FILSAFAT KEHIDUPAN BY Friedrich. W. Nietzsche

Meski seseorang bisa jadi terpenggal tinggal lambang yang turun temurun di pelorotkan jadi satu kata “GILA” namun banyak orang membutuhkan ketidaknormalan untuk menghasilkan karya besar.

Memusatkan diri, mengobjekkan pikiran dan perasaan sendiri adalah tindakan lumrah dan ini dinamai “DOSA SOSIAL” dimana kita hidup harus ber “SOSIALISASI” istilah kerennya “GAUL” dapat di definisikan kan juga daripada “INDIVIDU PLUS INDIVIDU” atau “KERAMAIAN” yg menjelajahi diri bearti mengetahui dimana tempat berpijak, berkubang dan bergabung di tengah-tengah kehidupan “SOSIAL” adalah yang “PERSONAL”

Manusia belum lagi mencari dirinya sendiri tatkala mereka temukan “TUHAN” begitu pula semua orang yang percaya, maka seluruh kepercayaan kecil artinya, kini biarlah manusia kehilangan “TUHAN” untuk sementara dan sampai ketika engkau menyangkal keberadaannya maka “TUHAN” akan kembali pada semua manusia tanpa terkecuali.

Manusia tawarkan seluruh hubungannya kepada orang lain dengan murah tapi takkan pernah dengan harga berapapun. Menyerahkan hari-hari dalam kehidupannya, hari-hari saling percaya, hari-hari keceriaaan, insiden-insiden kecil dan momen-momen yang mendalam. Kita tak pernah tahu apa yg telah dialami setiap insan manusia karena di langit manusia tak kan pernah ada awan yg melintas.

Manusia menciptakan dan mencari karya yg memukau secara membahayakan, mencari keabadian yg manis dan menggetarkan, mencari dalam segala seni dengan sia-sia …. Oh…. Dunia ini miskin bagi orang yg tak pernah cukup sakit untuk menyambut “KEGAIRAHAN NERAKA INI”

Manusia mendefiniskan tugasnya secara gamblang yg maknanya tidak dapat disalah pahami, bersikap afirmatif sampai ke titik membenarkan atas penebusan masa lalu bahkan keseluruhannya. Untuk menebusnya adalah mengubah setiap “MANUSIA DAHULU DEMIKIAN” di ubah menjadi “MANUSIA DULU INGIN AGAR MEREKA DEMIKIAN” hanya dengan ini yg di sebut “PENEBUSAN”

Muak dengan mesin jam dan mekanisme yg impersonalitas pekerja dengan ekonomi palsu, pembagian kerja, sasarannya hilang, budaya dan alat-alat, cara modern untuk menjalankan sain yg di barbarisasikan, untuk memahami, mengalami, mengangkat ke tingkat yg lebih tinggi daripada kefanaan ketimbang apa yg dapat diraih oleh “MANUSIA MODERN”

Betapa damai segala hal yg di limpahi cahaya, betapa bebas orang menghirup udara, betapa banyak yg di rasakan orang di balik dirinya, itulah “FILSAFAT” suatu kehidupan sukarela.


Kekeliruan adalah kepengecutan, setiap penyelidikan, setiap langkah kedepan dalam pengetahuan adalah hasil keberanian dari sikap keras terhadap diri sendiri, apa yg sampai kini dilarang berdasarkan prinsip bukanlah apa-apa kecuali kebenaran,

Hak untuk tidak percaya terhadap apa yg disebut dorongan-dorongan untuk mengabaikan diri sendiri, dorongan kearah seluruh cinta terhadap sesama yang selalu siap dengan maksud-maksud dan nasehat adalah suatu kelemahan, sebagai sebuah kasus khusus tentang ketidakmampuan untuk menahan stimuli adalah diantara orang-orang dekaden bahwa belas kasihan disebut kebaikan.

Untuk menerima diri seseorang sebagai sebuah kodrat, tidak menghasratkan diri supaya berbeda dalam kondisi semacam penerimaan adalah “RASIONALITAS”
Kejengkelan, kelemahan, ketidakmampuan, napsu, kehausan, peragian racun adalah reaksi yg paling merugikan menyebabkan terkurasnya energi saraf yg disebut “RESSENTIMENT”, langkah untuk penebusan pembebasannya adalah akhiri kebencian dengan persahabatan.

Wednesday, 29 April 2009

Rahasia Umur Bunda Aishah, istri Nabi Muhammad

Seorang teman suatu kali bertanya kepada saya, “Akankah anda menikahkan saudara perempuanmu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?” Saya terdiam.Dia melanjutkan, “Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?” Saya katakan padanya, “Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini.” Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya.Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya. Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti itu.
Nabi merupakan manusia tauladan, Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, Muslim dapat meneladaninya. Bagaimaanpun, kebanyakan orang di Islamic Center of Toledo, termasuk saya, Tidak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan kita yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.

Tahun 1923, pencatat pernikahan di Mesir diberi intruksi untuk menolak pendaftaran dan menolak mengeluarkan surat nikah bagi calon suami berumur di bawah 18 tahun, dan calon isteri dibawah 16 tahun. Tahun 1931, Sidang dalam oraganisasi-oraganisi hukum dan syariah menetapkan untuk tidak merespon pernikahan bagi pasangan dengan umur diatas (Women in Muslim Family Law, John Esposito, 1982). Ini memperlihatkan bahwa walaupun di negara Mesir yang mayoritas Muslim pernikahan usia anak-anak adalah tidak dapat diterima.

Jadi, Saya percaya, tanpa bukti yang solidpun selain perhormatan saya terhadap Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.

Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, Saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya.
Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tersebut sangat bermasalah. Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisham ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.

Bukti #1: Pengujian Terhadap Sumber

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari bapaknya, yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini.Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, di mana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.
Tehzibu’l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : ” Hisham sangatbisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq ” (Tehzi’bu’l-tehzi’b, Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).
Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: ” Saya pernah diberi tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq” (Tehzi’b u’l-tehzi’b, IbnHajar Al- `asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).
Mizanu’l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: “Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok” (Mizanu’l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu’l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN:berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah buruk danriwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

KRONOLOGI: Adalah vital untuk mencatat dan mengingat tanggal penting dalam sejarah Islam:
Pra-610 M: Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu610 M: turun wahyu pertama Abu Bakr menerima Islam613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat615 M: Hijrah ke Abyssinia.616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Medina623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah

Bukti #2: Meminang

Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.
Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: “Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyahh dari 2 isterinya ” (Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979).
Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa Jahiliyahh usai (610 M).
Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat Jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN: Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.

Bukti # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah

Menurut Ibn Hajar, “Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun… Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).
Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN: Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.
Bukti #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma’
Menurut Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d: “Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah, Beirut, 1992).
Menurut Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]”(Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).
Menurut Ibn Kathir: “Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)
Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H.” (Taqribu’l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi’l-nisa’, al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah 622M).
Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga.
Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.
Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?
KESIMPULAN: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.


Bukti #5: Perang BADAR dan UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].”
Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr.
Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyahikut dalam perang badar dan Uhud
KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.
BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda(jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, Kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahirketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon).
Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.
KESIMPULAN: Riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.

Bukti #7: Terminologi bahasa Arab
Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: “Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)”. Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis tersebut (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.
Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun.
Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaimana kita pahami dalam bahasa Inggris “virgin”. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah “wanita” (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turathal-`arabi, Beirut).
Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah “wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan.” Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.
Bukti #8. Text Qur’an
Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur’an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?
Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur’an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid diaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri.
Ayat tersebut mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Danujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?? (Qs. 4:6)
Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslimdiperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan “sampai usia menikah” sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.
Disini, ayat Qur’an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.
Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tersebut secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambil tugas sebagai isteri.
Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Samasulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.
Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,”berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?” Jawabannya adalah Nol besar.
Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?
Abu Bakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur’an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliauakan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Quran.
KESIMPULAN: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karena itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.
Bukti #9: Ijin dalam pernikahan
Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.
Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.
Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.
Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.
KESIMPULAN: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.
Summary:Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernah keberatan dengan pernikahan seperti ini, karena ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.
Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat-riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di Iraq adalah tidak reliable.
Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karena adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.
Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur’an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.

WAKTU SANTAI PENGHASILAN OK

GUYS, what you think to be entrepreneur, you can manage your time smarter, work for your self, you get passive income and all the time vacation, wow, I love this :)