DAFTAR ARTIKEL

Friday 12 June 2009

FILSAFAT KEHIDUPAN BY Friedrich. W. Nietzsche

Meski seseorang bisa jadi terpenggal tinggal lambang yang turun temurun di pelorotkan jadi satu kata “GILA” namun banyak orang membutuhkan ketidaknormalan untuk menghasilkan karya besar.

Memusatkan diri, mengobjekkan pikiran dan perasaan sendiri adalah tindakan lumrah dan ini dinamai “DOSA SOSIAL” dimana kita hidup harus ber “SOSIALISASI” istilah kerennya “GAUL” dapat di definisikan kan juga daripada “INDIVIDU PLUS INDIVIDU” atau “KERAMAIAN” yg menjelajahi diri bearti mengetahui dimana tempat berpijak, berkubang dan bergabung di tengah-tengah kehidupan “SOSIAL” adalah yang “PERSONAL”

Manusia belum lagi mencari dirinya sendiri tatkala mereka temukan “TUHAN” begitu pula semua orang yang percaya, maka seluruh kepercayaan kecil artinya, kini biarlah manusia kehilangan “TUHAN” untuk sementara dan sampai ketika engkau menyangkal keberadaannya maka “TUHAN” akan kembali pada semua manusia tanpa terkecuali.

Manusia tawarkan seluruh hubungannya kepada orang lain dengan murah tapi takkan pernah dengan harga berapapun. Menyerahkan hari-hari dalam kehidupannya, hari-hari saling percaya, hari-hari keceriaaan, insiden-insiden kecil dan momen-momen yang mendalam. Kita tak pernah tahu apa yg telah dialami setiap insan manusia karena di langit manusia tak kan pernah ada awan yg melintas.

Manusia menciptakan dan mencari karya yg memukau secara membahayakan, mencari keabadian yg manis dan menggetarkan, mencari dalam segala seni dengan sia-sia …. Oh…. Dunia ini miskin bagi orang yg tak pernah cukup sakit untuk menyambut “KEGAIRAHAN NERAKA INI”

Manusia mendefiniskan tugasnya secara gamblang yg maknanya tidak dapat disalah pahami, bersikap afirmatif sampai ke titik membenarkan atas penebusan masa lalu bahkan keseluruhannya. Untuk menebusnya adalah mengubah setiap “MANUSIA DAHULU DEMIKIAN” di ubah menjadi “MANUSIA DULU INGIN AGAR MEREKA DEMIKIAN” hanya dengan ini yg di sebut “PENEBUSAN”

Muak dengan mesin jam dan mekanisme yg impersonalitas pekerja dengan ekonomi palsu, pembagian kerja, sasarannya hilang, budaya dan alat-alat, cara modern untuk menjalankan sain yg di barbarisasikan, untuk memahami, mengalami, mengangkat ke tingkat yg lebih tinggi daripada kefanaan ketimbang apa yg dapat diraih oleh “MANUSIA MODERN”

Betapa damai segala hal yg di limpahi cahaya, betapa bebas orang menghirup udara, betapa banyak yg di rasakan orang di balik dirinya, itulah “FILSAFAT” suatu kehidupan sukarela.


Kekeliruan adalah kepengecutan, setiap penyelidikan, setiap langkah kedepan dalam pengetahuan adalah hasil keberanian dari sikap keras terhadap diri sendiri, apa yg sampai kini dilarang berdasarkan prinsip bukanlah apa-apa kecuali kebenaran,

Hak untuk tidak percaya terhadap apa yg disebut dorongan-dorongan untuk mengabaikan diri sendiri, dorongan kearah seluruh cinta terhadap sesama yang selalu siap dengan maksud-maksud dan nasehat adalah suatu kelemahan, sebagai sebuah kasus khusus tentang ketidakmampuan untuk menahan stimuli adalah diantara orang-orang dekaden bahwa belas kasihan disebut kebaikan.

Untuk menerima diri seseorang sebagai sebuah kodrat, tidak menghasratkan diri supaya berbeda dalam kondisi semacam penerimaan adalah “RASIONALITAS”
Kejengkelan, kelemahan, ketidakmampuan, napsu, kehausan, peragian racun adalah reaksi yg paling merugikan menyebabkan terkurasnya energi saraf yg disebut “RESSENTIMENT”, langkah untuk penebusan pembebasannya adalah akhiri kebencian dengan persahabatan.

3 comments:

Anonymous said...

good post... ;)

okt4 said...

nice artikel ...
gw suka sama RASIONALITAS nya ...

Annie said...

si Nietzsche adalah orang yg apa adanya, bebas dan gak suka kemunafikan, tapi sbg manusia biasa kita ambil saja yg positipnya :)